Text
The Greatness of Al-Andalus : Ketika Islam Mewarnai Peradaban Barat
Peran Islam dalam Mengakhiri Abad Kegelapan
Pada musim gugur 732, dua pasukan besar, Muslim dan Kristen, saling berhadapan di tengah dataran Prancis dalam sebuah pertempuran yang akan mengubah sejarah Eropa. Itulah perang Poiters yang terkenal itu. Menurut sejumlah keterangan, Charles Martel, pemimpin pasukan Frank, menyelamatkan kekristenan dari serbuan Islam sekaligus menghentikan gelombang muslim yang merangsek menjangkau Spanyol.
Namun, benarkah demikian? Tidak, kata David Levering Lewis. Dalam buku ini, pemenang dua kali penghargaan Pulitzer itu menelaah ulang Perang Poiters dengan sudut pandang baru. Dalam menceritakan periode 400 tahun masa kekuasaan muslim di Eropa, Lewis meragukan asumsi-asumsi yang mendominasi buku-buku sejarah konvensional. Untuk itu, ia menghadirkan narasi yang memukau dan menempatkan Muslim Spanyol, dengan warisannya yang kaya dan gemilang, kembali ke jantung politik dan kebudayaan Eropa.
Dimulai dengan perang tiada henti antara kekaisaran Romawi dan Persia, Lewis menyusun buku ini sejak kelahiran Islam dan perkembangan kekuasaan Islam dari Timur Tengah dan Afrika Utara sebelum tiba di abad kegelapan Eropa. Berdiri secara mengejutkan di Spanyol pada pertengahan awal abad kedelapan, penguasa muslim akhirnya menciptakan suasana sarat toleransi antara Muslim, Yahudi, dan Kristen. Kondisi inilah memunculkan Al-Andalus sebagai negara makmur dan kosmopolit yang pada gilirannya mengubah wajah Eropa dan Barat.
Lewis menghadirkan potret Islam Spanyol yang luar biasa dalam detail sejarah yang begitu hidup, mulai dari keindahan yang sangat inspiratif La Mezquita, Masjid Agung Kordoba, sampai ke istana-istana khalifah yang besar-besar ketimbang istana di Versaillers.
Lewis menutup bukunya secara dramatis dengan mengisahkan bahwa saat kehancurannya, Islam justru menjadi bara pencerahan di Eropa, namun muslim pragmatis kalah oleh fundamentalisme dan militansi kalangan Kristen. Lewis menutup sejarah ini dengan potret yang syahdu melalui perikehidupan dua filsuf besar akhir abad tiga belas; seorang sarjana Yahudi Maimonides dan filsuf muslim Ibnu Rusyd.
HE20190145 | HE 940.1 LEW g | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain