Text
Literary journalism : jurnalistik sastrawi
Era 2000-an awal, konsep “literary journalism” atau “jurnalisme sastrawi” sempat kembali digaungkan Andreas Harsono dan kawan-kawannya tatkala menerbitkan majalah “Pantau” yang diterbitkan ISAI (Institut Studi Arus Informasi) dengan mengadopsi majalah “The New Yorker”. Konsep ini semula dikenal awal 1970-an tatkala di AS tayangan TV dan media elektronik bak “menyerang” keberadaan media cetak, sehingga Tom Wolfe berusaha meningkatkan mutu tulisan jurnalistik dengan mengawinkannya bersama cara penulisan sastra sehingga menjadi tulisan yang punya daya pikat tersendiri sebagai era baru “New Journalism”.
Di Indonesia sendiri konsep ini sempat dipraktikkan majalah Tempo pada 1970-an juga Intisari pada era 1980-an dengan menghasilkan beberapa penulis unggulan, misalnya Goenawan Mohamad di Tempo (kolom “Catatan Pinggir”) atau Slamet Soeseno di Intisari. Tak hanya memuat pengertian dan sejarah “Jurnalisme Sastrawi”, buku ini juga mengulas tentang cara-cara, kiat, dan trik menulisnya secara lengkap.
B20112843 | 070.43 PUT l | My Library | Tersedia |
HD20170519 | 070.43 PUT l | My Library | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain